BAB
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an
ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya para pemeluknya denagan cara
ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri darai dua prinsip
besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut
akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu syari’ah.
Ajaran-ajaran
yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-Qur’an tidak sebanyak
ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal
itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua amal perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia
sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk
dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah). Istilah-istilah yang biasa
digunakan untuk membicarakan ilmuu tentang syari’ah ialah: a) ibadah, untuk
perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, b) mu’amalah, untuk perbuatan
yang berrhubungan dengan selain Allah, dan c) akhlaq, untuk tindakan yang
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan
Oleh
karena pendidikan merupakan suatu upaya membentuk manusia seutuhnya/
memanusikan manusia, maka pendidikaan tergolong kegiatan mu’amalah. Pendidikan
sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan
manusia, baik pribadi maupun masyrrakat.
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap pedidikan yakni
materi pendidikan menurut Al-Qur’an, dan makalah ini diberi judul “Tafsir
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Materi Pendidikan. Dan dalam pembahasannya
mengangkat Al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19
BAB
II
PEMBAHASAN
TAFSIR
AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN
1.
Ayat dan Terjemahan
Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19
Dan
Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(12)Dan (Ingatlah) ketika
Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(13)Dan
kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.(14)Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.(15) (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.(16)Hai anakku,
Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).(17)Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(18)Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(19)
1.1. Terjemahan
mufrodat
لقمان : Seorang tukang
kayu berkulit hitam المختل : orang yang bersikap angkuh dlm
berjalan
الحكمة : kebijaksanaan dan kecerdikan الفخور : orang
yang membanggakan harta dan kedudukan
العظة : mengingatkan
dengan cara baik اقصد : bersikap pertengahanlah
atau bersikap sederhana
الوهن : lemah اغضض : rendahkanlah dan kurangilah
الفصال : menyapih
الاصعر : memalingkan muka karena sombong انكرالاصوات : suara yang paling buruk
مرحا : gembira yang dibarengi rasa sombong
1.2. Penjelasan
ayat
Ayat 12
Dan
sesunnguhnya Allah telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaaitu ia
selau bersyukur dan memuji kepada_Nya atas apa yang telah diberikan kepadanya
dari karunia_Nya, karena sesungguhnya Dia-lah yang patut mendapat puji dan dan
syukur itu.
Lukman
adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan dia termasuk diantara pendududk
mesir yang berkulit hitam, dan dia termasuk penduduk Mesirserta dia adalah
seorang yang sederhana. Allah telah memberinya hikmah[1]
kepadanya. Hikmah yang tercermin dari Lukman anatara lain perkataannya
kepada anak lelakinya “hai anakku sesungguhnya dunia itu adalah laut yang
dalam, dan sesungguhnya banyak manusia yang tenggelam kedalamnya. Maka
jadikanlah perahumu di dunia ini bertaqwa kepada Allah. Muatannya iman dan
layarnya bertawakkal kepada Allah. Barangkali saja amu dapat selamat, akan
tetapi aku yakin kamu dapat selamat”.
Dan
perkataan Lukman yang lain ialah “barang siapa yang dapat menasehati dirinya
sendiri, niscaya ia akan mendapat
pemeliharaan dari Allah. Dan barang siapa yang dapat menyadarkan orang-orang
lain akan dirinya sendiri, niscaya Allah akan menambah kemuliaan baginya karena
hal tersebut. Hina dalam rangka taat kepada Allah lebih baik daripada
membangkan diri dalam kemaksiatan.”[2]
Syukur
adalah memuji kepada Allah menjurus kepada perkara yang baik, cinta kebaikan
untuk manusia, dan mengarahkan seluruh anggaota tubuh serta semua nikmat kepada
ketaataan kepda_Nya
Ayat 13
Lukman
kepada anaknya, bahwa perbutan syirik itu merupakan
kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena perbuatan
syirik itu berarti meleakakkan sesutau bukan pada tempatnya. Dan ia dikatakan
dosa besar, karena perbuatan itu berartimenyamakan kedudukan tuhan, yang hanya
dari Dia-lah nikmat, yaitu Allah swt, dengan sesuatu yang tidak memiliki nikmat
apapun, yaitu berhala-berhala.
Imam
Bukhari telah meriwatakan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud. Ibnu
Mas’ud telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman_Nya:
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
óOs9ur
(#þqÝ¡Î6ù=tƒ
OßguZ»yJƒÎ)
AOù=ÝàÎ/
y7Í´¯»s9'ré&
ãNßgs9
ß`øBF{$#
Nèdur
tbr߉tGôg•B
ÇÑËÈ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.Q.S
.6:82
Maka
hal itu dirasakan sangat berat oleh para sahabat, lalu mereka berkata :”
siapakah diantara kita yang mencampuradukan imannya dengan perbuatan zalim?”
Maka Rasulullah saw berkata: “sesungguhnya perbuatan zalim tidaklah demikian,
tidakkah kalian pernah mendengar perkataan Lukman? (kemudian Rasulullah membaca
surat Lukman ayat 13)
Ayat
14
Setelah
allah menuturkan apa yang diwasiatkan oleh Lukman terhadap anaknya,
yaitu supaya ia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan semua nikmat, yang
tiada seorangpun yang bersekutu dengan_Nya dalam menciptakan sesuatu. Kemudian Lukman
menegaskan bahwasannya perbuatan syirik itu adalah perbuatan yang buruk.
Selanjutnya Allah mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak
supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tuanya, karena sesungguhnya kedua
orang tua merupakan penyebab dari keberadaannya di dunia ini.
Lebih-lebih
terhadap ibu. Karena ibu telah mengandungnya, sedangkan ia dalam kadaan lemah
yang kian bertambah disebabkan makin besarnya kandungan sehingga melahirkannya,
kemudian dengan sampai selaesai masa nifasnya. Selain hal tersebut, yaitu bahwa
ibu telah merawatnya dengan penuh kasih sayang dan merawatnya dengan
sebaik-baiknya sewaktu ia belum bisa berbuat apa-apa bagi dirinya. Dan
menyapihnya dari persusuan sesudah ia dilahirkan dalam jangka waktu dua tahun.
Selama masa itu, ibu mengalami berbagai masa kerepotan dan kesulitan dalam
rangka mengurus keperluan anaknya.
Oleh
karena itu, Rasulullah saw ketika ada seseorang bertanya tentang siapa yang
paling berhak ia berbakti kepadanya, maka beliau menjawab, ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ibumu. Sesudah itu baru rasulullah mengatakan, kemudian ayahmu.
Selanjutnya
Allah memerintahkan kepada anak tersebut untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya
atas nikmat yang dilimpahkan kepadanya, dan juga bersyukur kepada kedua ibu
bapaknya, karena sebab merekalah ia ada di dunia ini. Alasan dari perintah
bersyukur ialah karena hanya kepada Allah lah dirinya kelak akan kembali.
Ayat
15
Menurut
suatu riwayat disebutkan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Sa’ad ibnu
Abi Waqas. Sehubungan dengan hal ini sahabat Sa’ad ibnu Abi Waqas telah
menceritakan,” ketika aku masuk Islam, ibuku bersumpah, bahwa ia tidak mau
makan dan tidak mau minum. Lalu pada hari pertama akumembujukknya supaya mau
makan dan minum, akan tetapi ia menolak dan tetap pada pendiriannya. Dan pada
hari kedua, aku membujuknya supaya mau makan dan minum, tetapi ia tetap
menolak. Sehingga hari ketiga aku membujuknya lagi, dan ia masih juga menolak.
Maka aku berkata, Demi Allah seandainya engkau mempunyai seratus nyawa, niscaya
semua itu akan keluar dan aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.” Dan ketika
ibuku telah melihat bahwasanya diriku benar-benar tidak mau mengikuti
keehendaknya, akhirnya ia mau makan.
Selanjutnya,
Allah swt memerintah kepada sang anak untuk menggauli mereka didalam urusan
dunia dengan pergaulan yang diridhai oleh agama.
“Dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”. Yaitu
jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Karena itulah jalan yang
selamat. “Kemudian kalian akan kembali kepadaku, maka Ku beritakan apa yang
kalian kerjakan.” Setelah manusia menghadap-Nya, maka Allah akan
memberitahukan segala perbuatan semasa di dunia dan memberi balasan sesuai apa
yang diperbuatnya.
Ayat
16
Hai
anakku, sesungguhnya perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya
hanya sebiji sawi, lalu ia berada ditempat yang paling tersembunyi dan paling
tidak kelihatan, seperti didalam batu
besar atau ditempat yang paing tinggi seperti dilangit, atau tempat yang paling
bawah seperti didalam bumi, niscaya hal itu akan dikemukakan oleh Allah swt
kelak dihari kiamat. Yaitu pada hari ketika Allah meletakkan timbangan amal
perbuatan yang tepat, lalu pelakunya akan mendapatkan pembalasan amal
perrbuatanya, apabila amal itu baik, maka balasannya pun baik pula, dan apabila
amalnya buruk, maka balasanya pun buruk pula. Sebagimana yang telah diungkapkan
dengan ayat lainya, yaitu Firman_Nya:
Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun
pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat
perhitungan.( Q.S. 21;47)
Dan penjelasan
selanjutnya; sesungguhnya Allah maha lembut, penetahuan-Nya meliputi hal-hal
yang tidak tampak, lagi maha waspada. Dia mengetahui segala perkara yang tampak
dan yang tidak tampak.
Ayat 17
Hai
anakkku dirikanlah shalat, yakni kerjakanlah shalat dengan sempurna sesuai
dengan cara yang diridhai. Karena di dalam shalat itu terkandung ridha tuhan,
sebab orang yang mengerjakannyaberarti menghadap dan tunduk kepadanya. Dan
didalam shalat terkandung hikmah lainnya. Yaitu dapat mencegah dari orang yang
bersangkutan dari perbuatan keji dan mungkar. Maka apabila seseorang itu
melaksanakan dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri
kepada tuhannya.
Sesudah
itu luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyempurnakan dirinya demi
memenuhi hak Allah yang dibebankan kepada dirinya, lalu dia memerintahkan
kepada anaknya supaya menyempurnakan pula terhadap orang lain (wa’mur bil
ma’ruf) dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka kepada Allah(wanha
‘anil munkar) dan bersabar terhadap apa yang menimpa kamu dan orang lain
ketika kamu ber-amar ma’ruf nahi munkar (washbir ‘alaa maa ashabaka).
Sesungguhnya hal itu yang telah kupesankan kepadamu, termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah kepada hamba_Nya, tanpa ada pilihan lain. Karena didalam
hal tersebut terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak.
Ayat 18
Janganlah
kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang kamu berbicara dengannya,
karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi hadapilah dia deengan muka yang
berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong dan tinggi hati. Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh dan menyombongkan diri, karena
sesungguhnya hal ituadalah cara jalan orang-orang yang angkara murka dan
sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan kekejaman di muka bumi dan suka
berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi berjalanlah dengan sikap
sederhana, karena sesungguhnya cara jalan yang demikian mencerminkan rasa
rendah hati.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh, yang merasa
kagum terhadap dirinya sendiri, yang bersikap sombong terhadap orang lain.
Ayat 19
Dan
berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat, akan tetapi akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa
dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap tawadu’.
Kurangilah
tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu
mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap
yang demkian itu, lebihh berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah
diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti.
Sesungguhnya
suara yang paling buruk dan paling jelek karena dikeraskan lebih dari apa yang
diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang
yang meninggikan suaranya itu berarti sama dengan suara keledai. Didalam
ungkapan ini, yaitu menjadikan orang yang mengersakan suaranya diserupakan
dengan suara keledai. Dalam hal ini nada dan kerasnya suara. Dan suara yang
sepertti itu sangat tidak disukai_Nya.
2. Hubungan
Al-Qur’an Surat Luqman dengan materi Pendidikan
Pada
ayat 12 Allah menjelaskan profil Lukman sebagai hamba Allah yang diberi
anugerah Al-Hikmah dari-Nya. Dengan Al-Hikmah itu ia mendidik anaknya
menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur. Langkah-langkah Lukman mendidik
anaknya dalam upaya mencapai ‘abdan syakura dijelaskan dalam ayat 13
sampai ayat 19 dengan rincian sebagai berikut:
a. Larangan
berbuat syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan segala sesuatu
b. Perintah
berbuat baik kepada kedua orang tua/ keharusan berbuat baik kepada orang tua
yang juga dibatasi oleh aturan-aturan Allah
c. Keimanan.
d. Shalat
dan amar ma’ruf nahi munkar
e. Etika
Dari
sisi redaksi, secara keseluruhan nasihat Lukman berisi sembilan perintah, tiga
larangan dan tujuh argumentasi. Sembilan perintan tersebut adalah:
a. Berbuat
baik kepada orang tua
b. Syukur
kepada Allah dan orang tua
c. Berkomunikasi
dengan baik kepada orang tua
d. Mengikuti
pola hidup anbiya’ dan shalihin
e. Menegakkan
shalat
f. Amar
ma’ruf
g. Nahi
munkar
h. Sederhana
dalam kehidupan
i.
Bersikap sopan dalam
berkomunikasi
Adapun yang berbentuk
larangan adalah:
a. Larangan
syirik
b. Larangan
bersikap sombong
c. Larangan
berlebihan dalam kehidupan
Sedangkan ketujuh
argumen tersebut adalah:
a. Barang
siapa bersyukur, sungguh syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa
kufur, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji
b. Sesungguhnya
syirik itu ialah kezaliman yang besar
c. Kepada_Nya
manusia dikembalikan, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia
d. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui segala sesuatu
e. Sesungguhnya
semua itu merupakan ‘azmil umuur/ merupakan sesuatu yang telah
diwajibkan
f. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
g. Sesungguhnya
sejelek-jelenya suara adalah suara keledai.
Berangkat
dari beberapa rincian diatas, materi pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an
Surat Lukman yang telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya, dapat
dikategorisasikan sebagai berikut:
Pertama,
‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini
sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi, hari kiamat,
dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua,
syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang
mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama,
ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua,
mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub
pada ayat 14,15, dan 17
Ketiga,
Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut
dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq manusia terhadap
khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat
14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik
tolak dari akidah.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berangkat
dari beberapa rincian diatas, materi pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an
Surat Lukman yang telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya, dapat
dikategorisasikan sebagai berikut:
Pertama,
‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini
sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi, hari kiamat,
dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua,
syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang
mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama,
ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua,
mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub
pada ayat 14,15, dan 17
Ketiga,
Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut
dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq manusia terhadap
khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat
14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik
tolak dari akidah.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, Al-Maraghi (terj.), (Semarang: Toha Putra, 1993)
2. Hamka,
Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1979)
3. Muhammad
Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir ibnu Katsir (terj.), (Jakarta:Gema Insani, 2000)
4. Nurwadjah
Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2010)
5. Zakiyah
Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
[1] Hikmah menurut
Al-Maraghi adalah kecerdikan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut Ibnu Manzur
hikmah diartikan keadilan, ilmu pengetahuan, kecerdasan, profesional dan bijak.
(lihat: Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan,( Bandung:
Marja,2010) hal.159