Al-Qur’an sebagai verbum dei dan sekaligus hidayah, mendapat intervensi manusia.
Apa, kenapa dan bagaimana argument anda?
……………………………
Jawab:
Intervensi manusia terhadap Al-Qur’an menurut saya meliputi:
- penyusunan surat dalam Al-Qur’an
Tidak ada ketentuan dari nabi dalam penyusunan letak surat di dalam Al-Qur’an. Hal ini saya dasari dengan rujukan yang saya baca dalam buku The History of The Qur'anic Text - From Revelation to Compilation -Sejarah Teks Al-Quran - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya -Prof. Dr. M.M al A'zami.
Yang mengatakan sebagai berikut:
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya dan berkata, "Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah sepetrti yang beliau sebut." Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan Al-Qur'an di depan Nabi Muhammad." Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.[1]
Argumen: Dari pernyataan ini saya dapat menangkap informasi bahwa peletakan atau penyusunan surat dalam Al-Qur’an merupakan suatu khilafiyah daripada sahabat dan hal ini tentunya bersifat dzanni
- pemberian titik dan baris
pada awalnya Al-Qur’an tidaklah memiliki titik dan baris (tanda diakritikal). Pemberian tanda diakritikal ini dalam Bahasa Arab disebut tashkil yang dibuat oleh Abu al-Aswad ad-Du'ali (w. 69 H./ 688 M.).[2]
Argumen: pemberian baris menjadikan Al-Qur’an lebih lebih mudah dibaca dan dipahami khususnya bagi muslim non Arab
- Pengumpulan Al-Qur’an (pembukuan Al-Qur’an)
Al-Qur’an pada zaman nabi tidaklah dibukukan, karena memang tidak perintah dari nabi saw mengenai hal itu. Baru pada zaman khalifah Abu bakar pembukuan Al-Qur’an dibukukan. Seperti didalam percakapan dibawah ini:
Abu Bakar berkata kepada ‘Umar: Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu
yang tidak dilakukan oleh Rasul saw? ‘Umar menjawab: Demi
Allah, hal itu adalah baik. Maka, ‘Umar terus mendatangiku hingga
Allah melapangkan dadaku untuk melakukan hal itu.[3]
Argumen: hal ini merupakan terobosan terbaik yang pernah ada, untuk memelihara Al-Qur’an agar bisa di nikmati oleh ummat islam mutaakhirin, sehingga dalam menjalani kehidupan golongan ini masih memiliki pegangan dan petunjuk dalam hidup.
- Penafsiran Al-Qur’an
Dengan munculnya macam-macam tafsir, diantaranya tafsir ahkam, tafsir ‘ilmi baik itu bi-ar ra’yi ataupun bi-al ma’tsur lain, hal ini mengindikasikan bahwa adanya intervensi akal manusia dalam menafsirkan Al-Qur’an. Hal ini tidak mengherankan jika telah terjadi Karena sebagian ulama, penafsiran Al-Qur’an bersifat ijtihadi[4]
Argumen: hal ini sangat membantu ummat muslim yang awam dalam memahami Al-Qur’an, khususnya terhadap ayat-ayat yang masih bersifat ‘am
- Rasmil Qur’an (penulisan lafal-lafal Al-Qur’an)
Dalam penyusunan mushaf usmani, kalimat-kalimat Al-Qur’an dan huruf-hurufnya adalah ketentuan dari khalifah usman itu sendiri, karena memang tidak ada suatu hadis pun yang shahih bahwa rasam Al-Qur’an adalah tauqifi[5].
Argumen: hal ini dilakukan oleh Khalifah Usman agar ummat islam memiliki keseragaman dalam bacaan maupun tulisan Al-Qur’an. selain itu Al-Qur’an tidak dianggap rancu karena perbedaan-perbedaan yang ada dalam mushaf Al-Qur’an seperti sebelum mushaf usmani ini diresmikan.
0 komentar:
Posting Komentar