BAB I
PENDAHULUAN
Ibadah
puasa merupakan salah satu rukun dari rukun islam yang ke 3, dengan demikian
puasa merupakan salah satu tiang dari
dari agama islam. Oleh karena urgennya ibadah puasa ini, Allah swt. Dengan
sangat gamblang mewajibkan ibadah puasa ini terhadap seluruh orang yang beriman
hal ini tertuang dalam Firman_Nya :
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, 183.
Puasa
dibebankan kepada orang-orang beriman agar mereka menjadi orang yang bertakwa
didalam menjalani hidupnya agar tidak tergelincir kepada jalan-jalan keburukan
dan terhindar dari siksa_Nya. Ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang
Allah kepada para hamba_Nya. Karena disamping mereka menjadi orang yang
bertakwa, mereka juga akan mereguk nikmat dan indahnya hikmah dibalik ibadah
ini yang begitu luas.
Dalam
pada kesempatan ini, pada makalah ini akan sedikit dibahas tentang hadis Nabi
yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan puasa. Dalam
makalah ini akan sedikit dibahas tentang pejelasan-pejelasan yang rinci
terhadap pelaksanaan puasa yakni kapan dan bagaimana seharusnya seorang islam
memulai ritual ibadah puasa dan kapan pula berakhirnya. Sehingga akan tampak
jelas aturan-aturan yang telah ditentukan dalam menentukan waktu-waktu memulai
puasa Ramadhan, dan dari dalam makalah ini juga nanti akan diketahui penyebab
dari perbedaan penggunaan metode dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 syawal.
BAB II
PEMBAHASAN
باَب: الرَّيَانُ
لِلصَّائِمِيْنَ
حَدَّثَنَا خَالِد بِنْ
مخلد: حَدَّثَنَا سُلَيْمَان بِن بِلَال قَالَ: حَدَّثنِي أبُو حَازِم، عَنْ سَهْلٍ
رضي الله عنه،عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إِن فِي الْجنَّةِ بَابًا يُقَالُ
لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يَدْخُلُ
مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ، فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلَ
مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مٍنْهُ أَحَدٌ).
Sesungguhnya
didalam surga terdapat pintu yang disebut Ar-Royyan, yang besok pada hari
kiamat akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak ada orang selain
mereka (orang-orang yang berpuasa)yang masuk lewat pintu itu. Dikatakan:
“dimanakah orang-orang yang berpuasa”?. Lalu mereka berdiri, tidak ada seorang
pun selain mereka yang masuk darinya. Apabila mereka telah masuk, maka pintu
itu tertutup.sehingga tidak ada seorangpun yang masuk darinya.
Penjelasan.
Hadis
ini menjelaskan kepada kita bahwasanya orang-orang yang berpuasa (secara umum),
mereka memiliki keistimewaan untuk memasuki surga melalui pintu yang khusus
bagi mereka yaitu pintu Ar-Rayyan. Dimana hanya orang-orang yang berpuasa saja
yang memiliki hak untuk lewat melalui pintu ini.
بَاب: قَوْلِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: (إذَا رَأيْتُمُ الْهِلَالَ فَصُومُوا، وإذَا رَأيْتُمُوهُ
فَأفْطَرُوا).
وَقَالَ صلَةُ، عَنْ عَمَّارْ: مَنْ صَامَ يَومَ الشَّكِ فَقَدْ عَصَى أبَا الْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم.
Shilah
berkata dari Ammar, barang siapa yang berpuasa pada hari yang meragukan, maka
sesunggunya dia telah melanggar ajaran Abul Qasim(Nabi)
- حَدَّثَنَا عَبْدُ الله بنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِك، عَنْ نَافِع،
عَنْ عَبْدِ الله بنِ عُمَر رضي الله عنهما:أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ
رَمَضَانَ، فَقَالَ: (لاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلَال، وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى
تَرَوهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ).
Dari
‘Abullah bin Umar r.a, mengatakan bahwa Rasulullah pernah berbicara perihal
bulan Ramadhan. Beliau bersabda: maka janganlah kamu berpuasa sehingga melihat
bulan sabit (tanggal 1 Ramadhan), dan janganlah kamu berbuka sehingga kamu
melihatnya (tanggal 1 syawal). Jika bulan itu tertutup atasmu, kira-kirakanlah
bilangannya.
- حَدَّثَنَا عَبْدُ الله بنُ مَسْلَمَةَ: حَدَّثَنَا مَالِك، عَنْ
عَبْدِ الله بنِ دِينَاٍر، عَنْ عَبْدِ الله ابنِ عُمَرَ رضي الله عَنْهُمَا:
أنَّ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: (الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً، فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوهُ، فَإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِيْنَ).
أنَّ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: (الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً، فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوهُ، فَإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِيْنَ).
Dari
‘Abullah bin Umar r.a, berkata bahwasanya Nabi bersabda: sebulan itu dua puluh
sembilan malam, maka janganlah kamu berpuasa sehingga melihat bulan sabit (
tanggal 1 Ramadhan), dan janganlah kamu berbuka sehingga kamu melihatnya (tanggal 1 syawal), jika bulan tertutup
atasmu, maka sempurnakanlah bulan sya’ban tiga puluh hari.
- حَدَّثَنَا أبُو الْوَلِيْدِ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَبْلَة
بنِ سُحَيْم قَالَ: سَمِعْتُ ابنُ عُمَرَ رضي الله عَنْهُمَا يَقُولُ:
قَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: (الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا). وَخَنسَ اْلإِبْهَامٌ فِي الثَّالثة.
قَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: (الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا). وَخَنسَ اْلإِبْهَامٌ فِي الثَّالثة.
Dari
Ibnu Umar, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: sebulan itu seperti
ini dan seperti ini. Dan beliau menggenggam ibu jarinya pada kali yang ketiga.
- حَدَّثَنَا آدم: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّد بْنُ
زِيَاد قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رضي الله عَنْهُ يَقُولُ:
قَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، أَوْ قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم: (صُومُوا ِلرُؤيَتِهِ وَأفْطَرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمَلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ).
قَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، أَوْ قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم: (صُومُوا ِلرُؤيَتِهِ وَأفْطَرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمَلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ).
Dari
Abi Hurairah r.a, ia berkata, bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda:
berpuasalah kamu bila melihatnya ( bulan sabit tanggal satu Ramadhan), dan
berbukalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal satu syawal). Jika bulan
itu tertutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan sya’ban tiga puluh hari.
- حَدَّثَنَا أبُو عَاصِم، عَنْ ابنِ جُرَيْج، عَنْ يَحْيىَ بنِ عَبْدِ
الله بْنِ صَيفِيٌّ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَن، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ
رضي الله عَنْهَا: أنَّ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم آلى مِنْ نِسَائِهِ شَهْرًا،
فَلَمَّا مَضَى تِسْعَةُ وَعِشْرُونَ يَوْمًا غَدَا، أو راح، فَقِيلَ لَهُ: إنَّكَ
حَلَفْتَ أنْ لَا تَدْخُلَ شَهْرًا؟. فَقَالَ: (إنَّ الشَّهْرَ يَكُونُ تِسْعَةً وَعِشْرِينَ
يَوْمًا).
Dari
Ummu Salamah r.a ia berkata, sesungguhnya mengila’ sebagian isteri beliau
selama satu bulan. Ketika telah lewat duapuluh sembilan hari, beliau pergi
kepada mereka pada waktu pagi dan sore. Maka dikatakan kepada beliau “(Wahai
Nabiyullah), sesungguhnya engkau bersumpah tidak akan memasuki (mereka) selama
satuu bulan?”. Beliau bersabda: sesungguhnya satu bulan itu 29 hari.”
- حدثنا عبد العزيز بن عبد الله: حدثنا سليمان بن بلال، عن حميد،
عن أنس رضي الله عنه قال: آلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من نسائه، وكانت انفكت
رجله، فأقام في مشربة تسعا وعشرين ليلة، ثم نزل، فقالوا: يا رسول الله، آليت
شهرا؟. فقال: (إن الشهر يكون تسعا وعشرين)
Rasul saw
pernah bersumpah untuk tidak mendatang para isteri beliau dan kaki beliau telah
mengalami keletihan maka beliau tinggal ditempat yang tinggi selama 29 hari
lalau turun. Orang-orang berkata:Wahai rasulullah anda telah bersumpah selama
satu bulan. Maka beliau saw. Bersabda: satu bulan itu bisa berjumlah 29 hari
Penjelasan:
Hadis-hadis
diatas menjelaskan kepada kita tentang bagaimana dan kapan kita harus memulai
dan dan mengakhiri bulan Ramadhan. Dalam mengawali bulan Ramadhan, maka pertama
sekali, kita diperintahkan untuk melihat keadaan bulan secara langsung (apakah
telah membentuk bulan baru atau belum). Begitu juga dalam menentukan akhir
bulan Ramadhan dan atau 1 syawal, dengan cara melihat bulan pula hal ini
mengacu pada hadis yang berbunyi: صُومُوا ِلرُؤيَتِهِ
وَأفْطَرُوا لِرُؤْيَتِهِ . dan metode ini dikenal dengan nama metode rukyatul hilal.[1]
Cara ini disebut imkanurrukyah.
Pemerintah
Republik Indonesia selama ini cendrung menganut kriteria awal bulan Imkan
Rukyah MABIMS. Dimana keesokan harinya akan masuk bulan baru jika kondisi bulan
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Ketinggian hilal tidak kurang dari 2 derajat di atas ufuq ketika matahari terbenam.
- Sudut elongasi matahari-bulan tidak kurang dari 3 derajat
- Umur bulan ketika terbenam matahari tidak kurang 8 jam, dihitung mulai dari terjadinya ijtimak (konjungsi).
Seperti pada gambar dibawah ini:
Kriteria
MABIMS di atas merupakan patokan minimal dalam sidang istbat dalam menentukan
apakah pengakuan kenampakan hilal dapat diterima atau tidak. Jika adanya
pengakuan kenampakan hilal padahal kondisi hilal menurut hisab belum memenuhi
kriteria di atas, maka pengakuan tersebut akan di tolak oleh sidang
Istbat. Untuk awal Syawal 1432 H (kemungkinan besar Idul Fitri 1432 H),
maka kondisi hilal untuk seluruh wilayah Indonesia pada hari rukyah belum
memenuhi kriteria MABIMS di atas.
Adapun cara yang kedua,
yakni apabila keadaan bulan tidak tampak oleh karena tertutup awan atau hal
lain yang menghalangi pengelhatan kita terhadap bulan, sehingga bulan tidak
bisa dilihat secara nyata, maka kita oleh nabi diperintahkan untuk
menghitungnya (menghisabnya) secara matematis.[2]
Yaitu perhitungan untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Cara ini disebut dengan wujudul hilal.
Muhammmadiyah cendrung menetapkan
awal bulan dengan menggunakan kriteria wujudul hilal, dimana keesokan harinya
akan masuk bulan baru jika pada hari rukyah matahari terbenam lebih dulu
daripada bulan, menurut hisab. Atau dengan kata lain, piringan atas bulan
berada di atas ufuq ketika matahari terbenam. seperti telihat pada gambar di
bawah ini:
- باب: لاَ يَتَقَدَّمَنَّ
رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ.
- حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيْم: حَدَّثَنَا هِشَام: حَدَّثَنَا
يَحْيىَ بنُ أَبِي كَثِير، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أِبِي هُرَيْرَةَ رضي الله
عنه،
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أوْ يَوْمَيْنِ، إِلَّا أَنْ يَكُوُنَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ، فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْم).
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أوْ يَوْمَيْنِ، إِلَّا أَنْ يَكُوُنَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ، فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْم).
Dari
Abi Hurairah, ia berkata bahwasanya Nabi saw. Bersabda: jangan sekali-kali kamu
mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang
yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu
[1] Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah
dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit)
tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan
(istikmal) menjadi 30 hari. Kriteria ini berpegangan pada Hadis Nabi Muhammad: صُومُوا ِلرُؤيَتِهِ وَأفْطَرُوا لِرُؤْيَتِهِ،
فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمَلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ.
[2] Secara
harfiyah HISAB bermakna ‘perhitungan’. Di dunia Islam istilah ‘hisab’ sering
digunakan sebagai metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan
posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Kriteria ini berpegangn pada hadis
nabi muhammad فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ
1 komentar:
panduan coment:
berikomentar sebagai >> Anonymous>> tulis kode angka>> posting dehhhhh.,.
Posting Komentar